Pendengar yang baik

February 9, 2008 at 8:26 pm 2 comments

Kita sebagai insan manusia biasa sering melakukan hubungan secara sosial baik itu dari segi curahan hati(curhat) maupun bentuk bantuan moral lainnya yang mungkin orang lain akan lebih membutuhkannya. Yakin dan percayalah suatu saat kelak Anda akan mendapatkan balasan yang berlimpah ruah dari yang di Atas atau mungkin malah mendapatkan manfaat di balik itu semua. Taukah jika Anda berada sebagai posisi pendengar maka Anda akan mendapatkan tambahan pengalaman hidup. Kenapa saya katakan demikian? Seseorang yang curhat tentang suatu masalah akan memberikan sedikit pandangan kepada Anda untuk berpikir dalam mencari solusi yang tepat untuk masalah yang dihadapi teman curhat Anda sehingga jika kelak Anda menemui hal yang sama maka akan mudah menentukan solusi apa yang pas untuk masalah tersebut. Sama halnya seperti seorang psikiater, makin banyak pasien yang ditemuinya maka semakin banyak pengalaman yang ia dapatkan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul maka semakin mampulah Sang psikiater tersebut melakukan pendekatan kepada banyak pasien. Kita yang bukan psikiater juga dapat menemukan hal-hal baru jika kita mau membuka diri dan pandangan ke dunia luar dan mau mendengarkan keluhan-keluhan mereka yang sedang dirundung masalah serta berusaha mencarikan solusi untuk masalah tersebut. Setiap masalah manusia yang ada di muka bumi ini bila dikumpulkan maka akan terdapat suatu kumpulan masalah yang hampir sama, hanya saja setiap masalah itu mungkin dihadapi oleh setiap orang dengan cara yang berbeda. Itulah uniknya manusia. Lalu bagaimanakah seorang pendengar yang baik.

1. Usahakan diri Anda sebagai pendengar yang rileks karena bisa saja kita sebagai pendengar juga sedang menghadapi masalah dan jangan sampai masalah orang lain malah menambah beban pikiran Anda.

2. Dengarkanlah cerita orang sedang bercerita itu dengan baik dan usahakan jangan memotong pembicaraannya agar dia merasa plong dan bebas mengutarakan isi hatinya. Karena jika kita memotong pembicaraan maka si pembicara akan cepat merasa tersinggung berhubung dengan emosi si pembicara yang sifatnya sensitif.

3. Bila emosinya melebihi batas seperti akan marah atau menangis, usahakan agar lawan bicara kita itu normal kembali, yang bisa dilakukan dengan sedikit memberi sokongan atau pun sedikit humor agar suasana lumer. Karena biasanya bila emosi dari si pembicara melebihi normal maka biasa arah pembicaraan akan mulai sedikit lari atau bahkan ditambah-tambah akibat pengaruh emosi tadi.

4. Usahakan untuk mencarikan solusi yang tepat. Bila Anda tidak tau maka tundalah untuk beberapa saat dan katakan kepada teman Anda bahwa Anda akan berusaha mencarikan solusinya. Cukup dengan kata itu saja berarti Anda sudah memberikan semangat kepada teman Anda agar tidak putus asa.

Sedikit banyak itulah cara yang biasa saya gunakan dalam berkomunikasi. Setiap solusi permasalahan yang dilontarkan akan memberikan bentuk kontribusi secara tidak langsung kepada teman kita tadi dan kita malah tidak dirugikan dengan situasi tersebut, malah kita akan mendapatkan sebuah pengalaman bagaimana memecahkan suatu persoalan jika kelak kita dihadapkan pada situasi yang sama. Makin banyak teman yang curhat kepada kita, semakin banyak pengalaman yang kita peroleh.

Semoga tulisan saya ini mendapatkan tambahan dari pembaca sekalian karena bisa saja metode yang digunakan sebagai pihak pendengar berbeda-beda dan beragam bentuknya.

Entry filed under: Umum.

My Diary Mozilla Thunderbird

2 Comments Add your own

  • 1. Hardy Chen  |  April 1, 2008 at 6:33 am

    Kadang dengan bercerita saja orang bisa melepaskan sedikit beban di pikirannya. Memang aneh tapi begitulah psikologi manusia.
    Dan kita sebagai pendengar juga harus ‘setia’ mendengarkan. Jika kita mendengarkan tanpa berbicara, maka kita harus melihat ke arah orang yang berbicara itu supaya kita tidak dianggap cuek. Dan sebaliknya jika kita sedang dalam sebuah kesibukan, kita bisa tidak melihat ke arah orang yang berbicara, namun kita harus bisa memberikan feedback.

    Mengenai psikiater, saya rasa psikiater juga tidak terlepas dari problem psikologi. Bahkan seorang dokter pun bisa sakit bukan ?

    Psikiater bisa saja memberikan nasehat, namun dalam kenyataannya nasehat kadang sulit untuk dilaksanakan. Dan entah benar atau tidak (semoga tidak).. mungkin saja seorang psikiater bisa memberi nasehat sembarangan ketika psikiater tersebut tidak bisa menemukan solusi bagi permasalahan kliennya. Ini tidak terlepas dari rasa gengsi. Oleh karena itulah mengapa saya lebih percaya kepada dokter (dan juga psikiater) yang rendah hati (bukan rendah diri).

    Reply
  • 2. Suzanna  |  April 7, 2008 at 9:26 am

    Untuk permasalahan yang seperti ini, kadang bercerita dengan orang terdekat merupakan pendekatan yg lebih baik karena orang yg paling dekat dengan kita, minimal tau bagaimana menghadapi sifat dan emosi kita, sehingga irama bicara bisa dijaga dan jawabannya yg diberikan tidak sebatas mengada-ada. Dokter dan psikiater hanyalah orang alternatif jika tidak menemukan orang yg dapat Anda percayai untuk melepas beban pikiran Anda. Dokter dan psikiater tentu patut beramah hati kepada si pasien untuk menjaga nama baik profesi mereka di mata masyarakat. Bayangkan jika Anda datang ke psikiater dan sudah mengeluarkan biaya dan hasilnya tidak memuaskan, malah mungkin akan menambah beban pikiran si pasien.

    Tapi memang begitulah kehidupan di kota yang sifatnya cenderung individual sehingga jarang sekali bisa menemukan orang yg mau mendengarkan permasalahan orang lain (bukan tidak ada tapi langka)..
    Btw thanx tambahannya..

    Reply

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


My Calendar

February 2008
S M T W T F S
 12
3456789
10111213141516
17181920212223
242526272829  

Blog Stats

  • 19,178 hits